Saksi Mata

 SAKSI MATA

         

Cetakan I Edisi I, 1995 Cetakan I Edisi I, 1994
Cetakan II Edisi II, 2002 Diterbitkan oleh Bentang Budaya

Dafatar Isi:

1. “Saksi Mata”, harian Suara Pembaruan, 1992. Diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Jan Lingard, dimuat kembali sebagai “Eyewitness” dalam The Weekend Review, suplemen harian The Sydney Morning Herald (Sydney, 16-17 Desember 1995); ke bahasa Belanda oleh Cara Ella Bouwman, dimuat kembali sebagai “De Ooggetuige”dalam Een Bron die Nooit Dooft: Stemmen van Tegenspraak in Proza en Poezie uit Indonesia (Amnesty International, 1997); ke bahasa Jepang oleh Oshikawa Noriaki, dimuat kembali sebagai “Shounin” dalam majalah sastra Gunzou (1997).
2. “Telinga”, harian Kompas, 9 Agustus 1992. Dimuat kembali dalam Pelajaran Mengarang (Cerpen Pilihan Kompas 1993). Diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Riana Puspasari, dimuat kembali sebagai “Ears” dalam The Jakarta Post, 1994.
3. “Manuel”, harian Kompas, 1992.
4. “Maria”, harian Kompas, 1 November 1992. Dimuat kembali dalam Pelajaran Mengarang (Cerpen Pilihan Kompas 1993). Diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Meredith Miller, dimuat kembali sebagai “Maria” dalam Menagerie 3 (Lontar Foundation, 1997) dan The Jakarta Post, 1997.
5. “Salvador”, harian Kompas, 24 Januari 1993. Dimuat kembali dalam Lampor (Cerpen Pilihan Kompas 1994). Diterjemahkan ke bahasa inggris oleh Jan Lingard, dimuat kembali sebagai “Salvador” dalam
Indonesia (Cornell University Press, 1996).
6. “Rosario”, harian Kompas, 27 Juli 1993. Diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Jeanette Lingard, dimuat kembali sebagai “The Rosary” dalam Diverse Lives: Contemporary Strories from Indonesia (Oxford University Press, 1995).
7. “Listrik”, majalah Matra, Edisi Khusus Maret 1994; harian Suara Pembaruan, 17 April 1994.
8. “Pelajaran Sejarah”, harian Republika, 5 Desember 1993.
9. “Misteri Kota Ningi (atawa The Invisible Christmas), harian Kompas, 26 Desember 1993. Dimuat kembali dalam Lampor (Cerpen Pilihan Kompas 1994). Diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Jan Lingard, dimuat kembali sebagai “The Mistery of the Town of Ningi (or The Invisible Christmas)” dalam Indonesia (Cornell University Press, 1996); diterjemahkan ke bahasa Jepang oleh Oshikawa Noriaki sebagai “Ningishi no mistery”, dimuat kembali dalam majalah sastra Gunzou (1997).
10. “Klandestin”, harian Kompas, 1993. Dimuat kembali dalam Lampor (Cerpen Pilihan Kompas 1994). Diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Dini S. Djalal, dimuat kembali sebagai “Clandestine” dalam The Jakarta Post, 1996.
11. “Darah Itu Merah, Jenderal”, harian Republika, 1994.
12. “Seruling Kesunyian”, majalah Horison produksi Grafiti, Juli 1993. Diterjemahkan ke bahasa Belanda oleh Sisca S. sebagai “Fluit van eenzaamheid”, dimuat kembali dalam katalog pameran Saksi Mata/Ooggetuige (Cemeti Art Foundation/Grafis Atelier Utrecht, 1997).
13. “Salazar”, harian Suara Pembaruan, 25 September 1994. Diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Mahdi Husin sebagai “Salazar”, dimuat kembali dalam The Jakarta Post, 1996.
14. “Junior”, harian Kompas, 12 Juli 1996.
15. “Sebatang Pohon di Luar Desa”, majalah Hidup, 21 Desember 1997.

13 pemikiran pada “Saksi Mata

  1. Selamat Pagi Bung SEno! Saya pernah membuat skripsi S1 di Unand Padang tentang cerpen-cerpen dalam antalogi Saksi Mata. Hingga sekarang saya masih terkesan dengan semua cerpen dalam antologi itu…

  2. duh mas,
    pas aku lagi butuh cerpen MARIA, aku cari2 buku SAKSI MATA.
    baru ingat kemakan banjir tahun kemarin.
    aku pengin menghubungkan dgn cerpen Ibu yg Anaknya Diculik.
    bisa bantu gak mas SGA?

  3. Aku dah baca hampir semua cerita dalam Saksi Mata. Bahkan beberapa kubawa di depan kelas, ke hadapan anak-anak muda, yang melihat Timor Timur dari kejauhan. Miris rasanya membaca manusia dibantai manusia atas nama apa pun. Darah diceritakan SGA secara hiperbolis membuat cerpen-cerpan dalam Saksi Mata terasa mencekam. Dan reaksi para siswa? Mereka bergumam, setengah tak percaya…
    SGA, sebagai seorang muslim, amat lihai masuk ke lorong-lorong simbol kristiani, menorehkan guratan tajam kemanusiaan tanpa pandang sekat.

  4. Hello!
    “Telinga” juga diterjemahkan ke bahasa Tetun oleh Triana do Rosário Côrte-Real de Oliveira, dimuat kembali sebagai “Tilun” di Timor-Leste dalam Várzea de Letras, 2004. Dan cerpen ini diterbitkan dalam bahasa Portugis dengan judul “Orelhas”, yang diterjemahkan oleh João Paulo Tavares Esperança, juga dalam Várzea de Letras, 2004.
    Lihat di sini:
    http://webzoom.freewebs.com/jpesperanca/Orelhas de SENO GUMIRA AJIDARMA.pdf

  5. kemarin dosenku tanya tentang isi novel ini tapi maluuuuuuuuuuu aku belum pernah baca kenapa dosenku tidak tanya yang lain padahal aku sudah punya dua buku c\kumpulan cerpen seno yang lain.

Tinggalkan komentar