Sepotong Senja Untuk Pacarku

Sepotong Senja Untuk Pacarku

Alina tercinta, Bersama surat ini kukirimkan padamu sepotong senja–dengan angin, debur ombak, matahari terbenam, dan cahaya keemasan. Apakah kamu menerimanya dalam keadaan lengkap? Seperti setiap senja di setiap pantai, tentu ada juga burung-burung, pasir yang basah, siluet batu karang, dan barangkali juga perahu lewat di jauhan. Maaf, aku tidak sempat menelitinya satu persatu. Mestinya ada juga lokan, batu yang berwarna-warni, dan bias cahaya cemerlang yang berkeretap pada buih yang bagaikan impian selalu saja membuat aku mengangankan segala hal yang paling mungkin kulakukan bersamamu meski aku tahu semua itu akan tetap tinggal sebagai kemungkinan yang entah kapan menjadi kenyataan. Kukirimkan sepotong senja ini untukmu Alina, dalam amplop yang tertutup rapat, dari jauh, karena aku ingin memberikan sesuatu yang lebih dari sekedar kata-kata. Sudah terlalu banyak kata di dunia ini Alina, dan kata-kata, ternyata, tidak mengubah apa-apa. Aku tidak akan menambah kata-kata yang sudah tak terhitung jumlahnya dalam sejarah kebudayaan manusia Alina. Untuk apa? Kata-kata tidak ada gunanya dan selalu sia-sia. Lagi pula siapakah yang masih sudi mendengarnya? Di dunia ini semua orang sibuk berkata-kata tanpa peduli apakah ada orang lain yang mendengarnya. Bahkan mereka juga tidak peduli dengan kata-katanya sendiri. Sebuah dunia yang sudah kelebihan kata-kata tanpa makna. Kata-kata sudah luber dan tidak dibutuhkan lagi. Setiap kata bisa diganti artinya. Setiap arti bisa diubah maknanya. Itulah dunia kita Alina. Kukirimkan sepotong senja untukmu Alina, bukan kata-kata cinta. Kukirimkan padamu sepotong senja yang lembut dengan langit kemerah-merahan yang nyata dan betul-betul ada dalam keadaan yang sama seperti ketika aku mengambilnya saat matahari hampir tenggelam ke balik cakrawala. Alina yang manis, Alina yang sendu, Akan kuceritakan padamu bagaimana aku mendapatkan senja itu untukmu. Sore itu aku duduk seorang diri di tepi pantai, memandang dunia yang terdiri dari waktu. Memandang bagaimana ruang dan waktu bersekutu, menjelmakan alam itu untuk mataku. Di tepi pantai, di tepi bumi, semesta adalah sapuan warna keemasan dan lautan adalah cairan logam meski buih pada debur ombak yang menghempas itu tetap saja putih seperti kapas dan langit tetap saja ungu dan angin tetap saja lembab dan basah, dan pasir tetap saja hangat ketika kuusapkan kakiku ke dalamnya. Kemudian tiba-tiba senja dan cahaya gemetar. Keindahan berkutat melawan waktu dan aku tiba-tiba teringat padamu. “barangkali senja ini bagus untukmu,” pikirku. Maka kupotong senja itu sebelum terlambat, kukerat pada empat sisi lantas kumasukkan ke dalam saku. Dengan begitu keindahan itu bisa abadi dan aku bisa memberikannya padamu. Setelah itu aku berjalan pulang dengan perasaan senang. Aku tahu kamu akan menyukainya karena kamu tahu itulah senja yang selalu kamu bayangkan untuk kita. Aku tahu kamu selalu membayangkan hari libur yang panjang, perjalanan yang jauh, dan barangkali sepasang kursi malas pada sepotong senja di sebuah pantai di mana kita akan bercakap-cakap sembari memandang langit sambil berangan-angan sambil bertanya-tanya apakah semua ini memang benar-benar telah terjadi. Kini senja itu bisa kamu bawa ke mana-mana. Ketika aku meninggalkan pantai itu, kulihat orang-orang datang berbondong-bondong, ternyata mereka menjadi gempar karena senja telah hilang. Kulihat cakrawala itu berlubang sebesar kartu pos. Alina sayang, Semua itu telah terjadi dan kejadiannya akan tetap seperti itu. Aku telah sampai ke mobil ketika di antara kerumunan itu kulihat seseorang menunjuk-nunjuk ke arahku. “Dia yang mengambil senja itu! Saya lihat dia mengambil senja itu!” Kulihat orang-orang itu melangkah ke arahku. Melihat gelagat itu aku segera masuk mobil dan tancap gas. “Catat nomernya! Catat nomernya!” Aku melejit ke jalan raya. Kukebut mobilku tanpa perasaan panik. Aku sudah berniat memberikan senja itu untukmu dan hanya untukmu saja Alina. Tak seorang pun boleh mengambilnya dariku. Cahaya senja yang keemasan itu berbinar-binar di dalam saku. Aku merasa cemas karena meskipun kaca mobilku gelap tapi cahaya senja tentu cukup terang dilihat dari luar. Dan ternyata cahaya senja itu memang menembus segenap cahaya dalam mobilku,sehingga mobilku itu meluncur dengan nyala cemerlang ke aspal maupun ke angkasa. Dari radio yang kusetel aku tahu, berita tentang hilangnya senja telah tersebar ke mana-mana. Dari televisi dalam mobil bahkan kulihat potretku sudah terpampang. Aduh. Baru hilang satu senja saja sudah paniknya seperti itu. Apa tidak bisa menunggu sampai besok? Bagaimana kalau setiap orang mengambil senja untuk pacarnya masing-masing? Barangkali memang sudah waktunya dibuat senja tiruan yang bisa dijual di toko-toko,dikemas dalam kantong plastik dan dijual di kaki lima. Sudah waktunya senja diproduksi besar-besaran supaya bisa dijual anak-anak pedagang asongan di perempatan jalan. “Senja! Senja! Cuma seribu tiga!” Di jalan tol mobilku melaju masuk kota.Aku harus hati-hati karena semua orang mencariku. Sirene mobil polisi meraung-raung di mana-mana. Cahaya kota yang tetap gemilang tanpa senja membuat cahaya keemasan dari dalam mobilku tidak terlalu kentara. Lagi pula di kota, tidak semua orang peduli apakah senja hilang atau tidak. Di kota kehidupan berjalan tanpa waktu, tidak peduli pagi siang sore atau malam. Jadi tidak pernah penting senja itu ada atau hilang. Senja cuma penting untuk turis yang suka memotret matahari terbenam. Boleh jadi hanya demi alasan itulah senja yang kubawa ini dicari-cari polisi. Sirene polisi mendekat dari belakang. Dengan pengeras suara polisi itu memberi peringatan. “Pengemudi mobil Porsche abu-abu metalik nomor SG 19658 A, harap berhenti. Ini Polisi. Anda ditahan karena dituduh telah membawa senja. Meskipun tak ada aturan yang melarangnya, tapi berdasarkan…” Aku tidak sudi mendengarnya lebih lama lagi. Jadi kubilas dia sampai terpental keluar pagar tepi jalan. Kutancap gas dan menyelip-nyelip dengan lincah di jalanan. Dalam waktu singkat kota sudah penuh raungan sirene polisi. Terjadi kejar-kejaran yang seru.Tapi aku lebih tahu seluk-beluk kota, jalanan dengan cahaya yang bernmain warna, gang-gang gelap yang tak pernah tercatat dalam buku alamat, lorong-lorong rahasia yang hanya diperuntukkan bagi orang-orang di bawah tanah. Satu mobil terlempar di jalan layang, satu mobil lain tersesat di sebuah kampung, dan satu mobil lagi terguling-guling menabrak truk dan meledak lantas terbakar.Masih ada dua polisi bersepeda motor mengejarku. Ini soal kecil. Mereka tak pernah bisa mendahuluiku, dan setelah kejar-kejaran beberapa lama, mereka kehabisan bensin dan pengendaranya cuma bisa memaki-maki. Kulihat senja dalam saku bajuku. Masih utuh. Angin berdesir. Langit semburat ungu. Debur ombak menghempas ke pantai. Hanya padamulah senja ini kuserahkan Alina. Tapi Alina, polisi ternyata tidak sekonyol yang kusangka. Di segenap sudut kotak mereka telah siap siaga. Bahkan aku tak bisa membeli makanan untuk mengisi perutku. Bahkan di langit tanpa senja, helikopter mereka menyorotkan lampu di setiap celah gedung bertingkat. Aku tersudut dan akhirnya nyaris tertangkap. Kalau saja tidak ada gorong-gorong yang terbuka. Mobilku sudah kutinggal ketika memasuki daerah kumuh itu. Aku berlari di antara gudang, rumah tua,tiang serta temali. Terjatuh di atas sampah, merayapi tangga-tangga reyot, sampai seorang gelandangan menuntunku ke suatu tempat yang tak akan pernah kulupakan dalam hidupku. “Masuklah,” katanya tenang, “disitu kamu aman. Ia menunjuk gorong-gorong yang terbuka itu. Ada tikus keluar dari sana. Banya bacin dan pesing. Kutengok ke bawah. Kulihat kelelawar bergantungan. Aku ragu-ragu.Namun deru helikopter dengan lampu sorotnya yang mencari-cari itu melenyapkan keraguanku. “Masuklah, kamu tidak punya pilihan lain.” Dan gelandangan itu mendorongku. Aku terjerembab jatuh. Bau busuknya bukan main. Gorong-gorong itu segera tertutup dan kudengar gelandangan itu merebahkan diri di atasnya. Lampu sorot helikopter menembus celah gorong-gorong tapi tak cukup untuk melihatku. Kurabah senja dalam kantongku, cahayanya yang merah keemas-emasan membuat aku bisa melihat dalam kegelapan. Aku melangkah dalam gorong-gorong yang rupanya cukup tinggi juga. Kusibukkan kelelawar bergantungan yang entah mati entah hidup itu. Kulihat cahaya putih di ujung gorong-gorong. Air busuk mengalir setinggi lutut, namun makin ke dalam makin surut. Di tempat yang kering kulihat anak-anak gelandangan duduk-duduk maupun tidur-tiduran, mereka berserakan memeluk rebana dengan mata yang tidak memancarkan kebahagian. Aku berjalan terus melangkahi mereka dan coba bertahan. Betapa pun ini lebih baik daripada harus menyerahkan senja Alina. Di ujung gorong-gorong,di temapt cahaya putih itu, ada tangga menurun ke bawah. Kuikuti tangga itu. Cahaya semakin terang dan semakin benderang. Astaga. Kamu boleh tidak percaya Alina, tapi kamu akan terus membacanya. Tangga itu menuju ke mulut sebuah gua, dan tahukah kamu ketika aku keluar dari gua itu aku ada di mana? Di tempat persisi sama dengan tempat di mana aku mengambil senja itu untukmu Alina. Sebuah pantai dengan senja yang bagus:ombak,angin,dan kepak burung?tak lupa cahaya keemasan dan bias ungu pada mega-mega yang berarak bagaikan aliran mimpi. Cuma saja tidak ada lubang sebesar kartu pos. Jadi, meskipun persis sama,tapi bukan tempat yang sama. Aku berjalan ke tepi pantai. Tenggelam dalam guyuran alam yang perawan. Nyiur tentu saja, matahari, dan dasat lautan yang bening dengan lidah ombak yang berdesis-desis. Tak ada cottage , tak ada barbeque, tak ada marina. “semua itu memang tidak perlu. Senja yang bergetar melawan takdir membiaskan cahaya keemasan ke tepi semesta. Aku sering malu sendiri melihat semua itu. Alina, apakah semua itu mungkin diterjemahkan dalam bahasa?” Sambil duduk di tepi pantai aku berpikir-pikir, untuk apakah semua ini kalau tidak ada yang menyaksikannya? Setelah berjalan ke sana ke mari aku tahu kalau dunia dalam gorong-gorong ini kosong melompong. Tak ada manusia, tak ada tikus, apalagi dinosaurus. Hanya burung yang terkepak, tapi ia sepertinya bukan burung yang bertelur dan membuat sarang. Ia hanya burung yang dihadirkan sebagai ilustrasi senja. Ia hanya burung berkepak dan berkepak terus disana. Aku tak habis pikir Alina, alam seperti ini dibuat untu apa? Untuk apa senja yang bisa membuat seseorang ingin jatuh cinta itu jika tak ada seekor dinosaurus pun menikmatinya? Sementara di atas sana orang-orang ribut kehilangan senja…. Jadi, begitulah Alina, kuambil juga senja itu. Kukerat dengan pisau Swiss yang selalu kubawa, pada empat sisinya, sehingga pada cakrawala itu terbentuk lubang sebesar kartu pos. Dengan dua senja di saku kiri dan kanan aku melangkah pulang. Bumi berhenti beredar di belakangku, menjadi kegelapan yang basah dan bacin. Aku mendaki tangga kembali menuju gorong-gorong bumiku yang terkasih. Sampai di atas, setelah melewati kalelawar bergantungan,anak-anak gelandangan berkaparan, dan air setinggi lutut, kulihat polisi-polisi helikopter sudah pergi. Gelandangan yang menolongku sedang tiduran di bawah tiang listrik sambil meniup saksofon. Aku berjalan mencari mobilku. Masih terparkir dengan baik di supermarket. Nampaknya bahkan baru saja dicuci. Sambil mengunyah pizza segera kukebut mobilku menuju pantai. Dengan dua senja di saku kiri dan kanan, lengkap dengan matahari,laut,pantai, dan cahaya keemasannya masing-masing, mobilku bagai memancarkan cahaya Ilhai. Sepanjang jalan layang, sepanjang jalan tol, kutancap gas dengan kecepatan penuh… Alina kekasihku, pacarku, wanitaku. Kamu pasti sudah tahu apa yang terjadi kemudian. Kupasang senja yang dari gorong-gorong pada lubang sebesar kartu pos itu dan ternyata pas. Lantas kukirimkan senja yang ?asli? ini untukmu, lewat pos. Aku ingin mendapatkan apa yang kulihat pertama kali: senja dalam arti yang sebenarnya?bukan semacam senja yang ada di gorong-gorong itu. Kini gorong-gorong itu betul-betul menjadi gelap Alina. Pada masa yang akan datang orang-orang tua akan bercerita pada cucunya tentang kenapa gorong-gorong menjadi gelap.Meraka akan berkisah bahwa sebenarnya ada alam lain di bawah gorong-gorong dengan matahari dan rembulannya sendiri, namun semua itu tida lagi karena seorang telah mengambil senja untuk menggantikan senja lain di atas bumi. Orang-orang tua itu juga akan bercerita bahwa senja yang asli telah dipotong dan diberikan oleh seseorang kepada pacarnya. Alina yang manis, paling manis, dan akan selalu manis, Terimalah sepotong senja itu, hanya untukmu, dari seseorang yang ingin membahagiakanmu. Awas hati-hati dengan lautan dan matahari itu, salah-salah cahayanya membakar langit dan kalau tumpah airnya bisa membanjiri permukaan bumi. Dengan ini kukirimkan pula kerinduanku padamu, dengan cium, peluk, dan bisikan terhangat, dari sebuah tempat yang paling sunyi di dunia. –Cerpen Pililihan Kompas 1993

152 pemikiran pada “Sepotong Senja Untuk Pacarku

  1. wewww, baru ketemu blog mas SGA. Salam kenal mas, saya lagi ngumpulin karya2 mas untuk dibaca. Baru punya Kalatidha dan Dilarang Nyanyi di Kamar Mandi. Besok2 mo beli Linguae.

  2. mas……tobh abizzz……
    bukunya udah sampe kumeul and deu kucel….
    gak ke itung berapa kali dibaca ….Sepotong Senja Untuk Pacarku….
    sekali lg tobzzz

  3. Tutorku selalu bilang tentang cerpen yang bagus ini. Karena saya belum pernah baca saya anggap ini sebuah pujain biasa saja. Ternyata baru kali ini saya membacanya dan saya langsung acungkan jempol buat cerpen ini. Luar Biasa.
    Pantas seorang tutor samapai berkata demikian.

    🙂

  4. baru kali pertama baca SSUP, asik deh. gak tau kalo yang kedua mungkin lebih asyik. tunggu comment yang keduanya setelah gue baca yang kedua juga yah. moga lebih asyik

  5. ini dia karya terdahsyat yang pernah saya baca, karya yang mengajak saya bermain-main bersama. Sebuah karya yang membuat senja menjadi lebih indah dan menjadikan cinta menjadi lebih kaya rasa.
    Sebetulnya pengen lebih kenal sama Mas SGA, saya pengagum berat karya-karya SGA, saya baca setiap kali mau tidur dan bangun tidur, dan di waktu antara mau tidur dan bangun tidur..heheheh.
    Buku SGA pertama yang saya baca adalah Sebuah Pertanyaan Untuk Cinta, dahyat ! dari situ saya ketagihan beli buku SGA yang lainnya. Salam kenal sama Mas SGA, sebetulnya saya pernah ketemu sama Mas Seno di Common Room Bandung, dapet tanda tangan pula di buku Jazz Parfum dan Insiden !
    tapi sebetulnya saya pengen punya kesempatan untuk ngobrol langsung dengan Mas Seno, Kabar kabari ya Mas kalo ke Bandung lagi…, saya mau beli Linguae nih sekarang…

  6. Waduh….
    bahasa romentisme ironinya suka’…suka’…..
    tapi yang paling dahsyat ya masih legenda wongasu….
    Senjanya kok nakal se mas?

  7. Sudah terlalu banyak kata di dunia ini Alina, dan kata-kata, ternyata, tidak mengubah apa-apa. Aku tidak akan menambah kata-kata yang sudah tak terhitung jumlahnya dalam sejarah kebudayaan manusia Alina.

    Untuk apa? Kata-kata tidak ada gunanya dan selalu sia-sia. Lagi pula siapakah yang masih sudi mendengarnya? Di dunia ini semua orang sibuk berkata-kata tanpa peduli apakah ada orang lain yang mendengarnya. Bahkan mereka juga tidak peduli dengan kata-katanya sendiri. Sebuah dunia yang sudah kelebihan kata-kata tanpa makna. Kata-kata sudah luber dan tidak dibutuhkan lagi. Setiap kata bisa diganti artinya. Setiap arti bisa diubah maknanya.

  8. Great…!
    Kalau suatu kali aku pergi ke pantai, aku juga ingin memotong senja yang iindah itu. Bukan untuk pacarku, namun untuk diriku sendiri. Untuk Kumakan. Biar aku gak dikejar polisi. heheheh….

  9. boat maz seno, thanks banget!!!q seneng banget ama cerpen ni!selalu ngebuatQ berharap suatu hari ada orang yg bakal bawa senja yang sama buatQ

  10. ini satu cerpen yg terkesan melankolis? mungkin! tapi aq yakin Pak Seno punya satu alasan mengapa memakai kata senja utk menjadi bagian dari judulnya. Inilah cerpen pertama dari beliau yang membuat saya terus ingin mengenalnya.

  11. saya gak pernah bosen baca buku “sepotong senja untuk pacarku”. dan setiap abis baca salah satu cerpen di buku ini, sy selalu ngerasa jatuh cinta….

    bener2 jatuh cinta…

    kalo dlm kehidupan nyata, suka ngerasa jd orang paling blo’on pas jatuh cinta. tp klo udh baca buku ini, jatuh cinta itu jadi hal yg patut dirayakan, diapresiasi….

  12. aq bacanya ama aqdekku, tp dia gak ngerti katanya, aq mo jelasin juga gak ngerti, jadi sama2 gak ngerti! abisnya dulu pas SMA bahasa indonesia mesti dapet jelek, khususnya pas ngbahas masalah peribahasa, yuuukkks….:) enakan baca wong asu! hidup wongasu!!! 🙂

  13. MAS SENO….

    MAAF SEBELUMNYA, ADA BEBERAPA KALIMAT YANG SAYA COPY DARI CERPEN INI, DAN SAYA JADIKAN PELENGKAP DARI POSTINNGAN BLOG SAYA.

    YAH… SELAIN BENTUK KEKAGUMAN PESAN INI JUGA SEKALIAN SEBAGAI PERMINTAAN IZIN UNTUK TINDAKAN SAYA.

    MAKASIH

  14. Duh…. jadi ingat bukuku yang dipinjam teman dan tak pernah kembali, bungkik…., balikin buku sepotong senja untuk pacarku…!!!ato aku akan ….(sensor) mu..!!!!

  15. bahwa ternyata rangkaian huruf jadi kata terus berbentuk kalimat dan seterusnya, “disini berarti banget”.. ngeriiiiii!!!!!

  16. bagaimana cara menikmatinya ?
    saya ga ngerti, hehe
    atau harus ngerti ?
    bagaimana mengerat senja ? lalu memasukkan ke amplop, lalu .. mengirimkannya ?
    wah wah, pasti anda orang hebat bisa berlaku demikian. 🙂
    saya pesan satu ya, buat pacar saya di Jogja.
    boleh ?

  17. “Pada mulanya adalah kata…” demikian orang pernah bilang. Seperti halnya SGA, pada mulanya adalah Alina, aku mulai menelusur hingga ke dunia paling sunyi-nya SGA, bahwa, pada suatu waktu akan muncul penulis spt SGA yd dianugerahi “situasi batin dan kekayaan bertutur”, yaitu, aku… he.. he… cerpen surupa pernah kutulis, tokohnya Rizka, seorang gadis yg telah menghempaskan aku hingga ke pelaminan… Thanks berat SGA, …inspirasi tiada kering, gue kena ALINASITIS, penyakit alina nomor alina….

  18. Sepotong Senja Untuk Pacarku… gak pernah bosen tuk membacanya karya yang indah.. benar-benar indah.. Saya pengagum berat karya mas Seno, sukses tuk mas Seno. Ditunggu karya Terbarunya

  19. Mas … satu-satunya orang yang bikin saya keringet dingin deg degan minta foto bareng .. bukan madonna .. bukan siapa-siapa … tapi Seno Gumira Ajidarma …

    aku punya hampir semua buku Mas Seno kecuali yang Linguae

    salam kenal mas

  20. Lebih dari 5 kali aku baca cerpen ini dalam Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas. Aku benar-benar salut dengan diksi yang sangat kaya makna.

    Aku juga punya “Atas Nama Malam” yang menurut saya penuh dengan informasi tambah tetapi sangat perlu dalam catatan kaki. Thanks

  21. Pak SGA, saya pernah menulis esai tentang senja, “Senja yang Bercerita, Renungan untuk Sebuah Pertanyaan tentang Cinta”. Sayang saya belum baca karya Anda yang lainnya, keterbatasan bahan literatur, tetapi saya senang bisa baca karya Anda di blog ini. Terus menulis, Pak, siapa tahu saya bisa menghasilkan esai lainnya dari karya-karya Anda. Salam.
    Rohyati Sofjan
    Limbangan, Garut

  22. ‘sepotong senja untuk pacarku’ sebuah naratif-deskirptif-ekspositoris yang sedikit luarbiasa. Kau tahu? ini sangat menyebalkan! sebuah interpretasi yang misterius harus lahir di sini..! Kamu Hebat Bung Seno!

  23. mengapa hanya sepotong?
    tak sekalian seluruhnya sejauh panjang senja itu bercahaya?

    apakah memang hanya sepotong seperti itulah hatimu untukku?

  24. Rasanya merinding setelah membaca cerpen ini…

    Bukan karena seram, tapi perasaan dahsyat yang memenuhi saya….

  25. jatuh,tapi tidak pecah..
    hilang,tapi tetap kelihatan..
    besar,tapi dapat dikantongi..

    Mudah2an gak hujan, jadi gak hitam..

  26. ku tahu cerppen ini dari djenar maesa Ayu, kumohon kirim no hp mas Gumira, biar saa bisa sharring tentang Cerpen/ please

  27. saya terpesona dengan kata kata paling akhir

    “Dengan ini kukirimkan pula kerinduanku padamu, dengan cium, peluk, dan bisikan terhangat, dari sebuah tempat yang paling sunyi di dunia.”

    perfect !

  28. kukz dgramedia btam buku negh udgh gk ada lge.
    aq cari dmna2 tp gk ada.lotus jg gk ada.
    apa dsna msh ada stok bku itu soal nya aq dngar dr kwand aq crta ny bgus bngt n td wktu bca sinopsis crta ny emng amazing bngt.
    aq pngen bngt beli buku ini.
    skaligus novel qmu yg jdulnya”biola yg tak berdawai yagh.

  29. wah 5 tahun nyari cerpen ini baru ketemu sekarang,
    pertama baca pas kelas 1 smp aka udah buat aku merinding, salut buat mas seno

    1. Dominic, masuk ke mailing list saja, sehingga bisa langsung bertukar info melalui email. Bisa ke mailing list pasarbuku, sastra pembebasan, atau langsung ke milis kami SenoGumiraAjidarma. Gampang caranya, tinggal klik tanda Join ke yahoogroups di kiri atas halaman ini. 🙂

  30. sejak 3 tahun yang lalu, ketika saya membaca buku SGA Sepotong senja untuk pacarku kepunyaan teman, saya mulai jatuh cinta. sejak itu pula saya mulai berburu buku-buku SGA di toko-toko buku. bahkan sampai toko buku bekas. ada kepuasan tersendiri ketika membaca dan memiliki koleksi bukunya. Tapi sampai saat ini buku yang sangat aku cari SEPOTONG SENJA UNTUK PACARKU masih belum ditangan., adakah teman yang berniat menjual bukunya?? saya siap dengan harga yang tinggi, asalkan masih dalam kondisi bagus dan buku asli. Salam SGA

  31. Sebenarnya seberapa indah dan berarti nya kah sebuah SENJA bagi Seno Gumiro Aji Darmo sehingga setiap karyanya di dominasi oleh SENJA…aku benar2 pengen sekali waktu menghabiskan soreku di tepi pantai dan menikmati SENJA itu….

  32. Sederhana…
    Tapi Menawan…
    Diantara sekian byk orang yg suka akan senja.,tp ada pula yg tdk suka..
    Mrka adlh org2 yg tdk bs mlakukan satu kbaikan saja yg brmanfaat bagi dirinya sndri maupun utk orang lain.,
    mdh2an dua senja
    itu trkirim utk alina, klo tdk…
    Reduplah senja ditelan malam..
    karyanya bagus mas…

  33. mungkin saya terlalu bodoh, tp jujur saya tidak mengerti keindahan dari cerpen tersebut jika benar Ironi? apa yg jadi fokus utama dari cerita senja itu? mungkin sebagai penikmat dan pemerhati bahasa juga saya merasa concern karena sebenarnya orang yg tidak mengerti arti sesungguhnya dari cerpen tersebut. kadang penulis jangan terlalu bermain dengan kata sebab anda menulis untuk orang lain bukan diri anda sendiri. saya yakin lebih dari 60% pembaca dan komentator tdk mengerti apa yg tertera di cerpen tersebut tapi memaksakan diri menikmati estetika kata kata tanpa mengerti arti dari kalimat2 tersebut. maaf atas kebodohan saya.

  34. Anakku bernama Alina,saat membaca ini dalam hati aku berharap Alinaku mendapatkan senja terindah seperti Alina ini,karena kebetulan aku dan Alinaku adalah pengagum senja jingga di kebun belakang rumah kami.

  35. Jika Alina mendapatkan senja, bisa kah mas Seno memberi rasa hatimu untuk kusimpan dan ku ceritakan pada semua pecinta setia tulisanmu? Karena rasa hatimu tak lebih indah dari semua kata-kata yang tercipta di dunia ini 🙂

    Salam hangat, Andria Nur Wahyu

  36. pak, saya baru belajar membuat cerpen, namun saya selalu tidak puas dengan hasil cerpen saya. menurut saya cerpen saya kurang menarik. bagaimana cara membuat kalimat-kalimat saya agar bisa menarik perhatian para pembaca? terimakasih

    1. Coba ikut kuliah Creative Writing bersama Mas Seno Gumira di IKJ 😀

      Maaf mengecewakan Anda tapi pengelola blog ini hanyalah sekumpulan penikmat karya SGA, bukan Mas Senonya langsung….

      1. IKJ itu di mana ya?
        Saya juga mw nanya. Kenapa ya cerpen Bung Seno kebanyakan memakai monolog ?. Apa sekiranya ada hubungannya dengan kepribadian beliau?
        Lalu, Sepanjang saya membaca karya-karya beliau, saya merasakan tokoh “Aku” pada monolognya atau tokoh utama dalam setiap cerpennya adalah orang-orang yang penuh keterasingan, memiliki penafsiran dunia yang sangat berbeda dengan orang lain, meskipun tokoh tersebut hidup di dunia sureal

  37. Baca seklai lagi cerpen ini, ternyata bukan hanya keindahan kata2nya dan Senja yang menjadi trademark Mas SGA, tapi di dalam cerpen ini ada kritik yang keluar dari semboyan SGA sendiri “Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Bicara”

    Jadi penasara, apakah ada penelitian, skripsi atau sejenisnya yang membedah pesan kritik cerpen ini?

  38. Tak pernah terfikir olehku.
    Memberi senja kepada org yg kita kasihi.
    jika bukan hari ini, mungkin esok, atau mungkin lusa,,
    akan ku curi senja Alisa untuk Kekasihku 😀

  39. datang kesini selepas tau kalau mbak afifah afra terinspirasi cerpen ini. dan benar saja, senja yang terpotong selebar kartu pos berhasil memberikan inspirasi lebih.
    menarik, terlebih setelah tahu jika cerpen ini sudah seusia saya saat ini 😀

  40. Meski sudah beberapa kali dibaca, sepotong senja ini selalu menggugah hati untuk membaca lagi tanpa bosan. Ini adalah cerpen yang sangat saya suka karya SGA, seperti menikmati alunan musik, saya ingin lama-lama tenggelam dalam alunannya.

  41. Reblogged this on Ini bukti kalau aku pernah singgah di dunia and commented:
    cerpen yang memikat. saya belum paham dengan apa yang dimaksud cerpen ini. tapi biarlah. supaya ada alasan bagi saya untuk membaca kembali dan kembali cerpen ini. rasa-rasanya hati saya berbunga-bunga ketika membacanya. dan ingin selalu merasakan ketika itu.

  42. VIPQIUQIU99.COM AGEN JUDI DOMINO ONLINE TERPERCAYA DI INDONESIA

    Kami VIPQIUQIU99 AGEN JUDI DOMINO ONLINE TERPERCAYA DI INDONESIA mengadakan SEO Kontes atau Kontes SEO yang akan di mulai pada tanggal 20 Januari 2017 – 20 Mei 2017, dengan Total Hadiah Rp. 35.000.000,- Ikuti dan Daftarkan diri Anda untuk memenangkan dan ikut menguji kemampuan SEO Anda. Siapkan website terbaik Anda untuk mengikuti kontes ini. Buktikan bahwa Anda adalah Ahli SEO disini. Saat yang tepat untuk mengetest kemampuan SEOAnda dengan tidak sia-sia, hadiah kontes ini adalah Rp 35.000.000,-

    Tunggu apa lagi?
    Kontes SEO ini akan menggunaka kata kunci (Keyword) VIPQIUQIU99.COM AGEN JUDI DOMINO ONLINE TERPERCAYA DI INDONESIA Jika Anda cukup percaya akan kemampuan SEO Anda, silahkan daftarkan web terbaik Anda SEKARANG JUGA! Dan menangkan hadiah pertama Rp. 10.000.000. Keputusan untuk Pemenang Akan di tentukan dengan aturan kontes SEO yang dapat dilihat di halaman ini.

    Tunggu apa lagi? Ikuti kontes ini sekarang juga!

    CONTACT US
    – Phone : 85570931456
    – PIN BB : 2B48B175
    – SKYPE : VIPQIUQIU99
    – FACEBOOK: VIPQIUQIU99

  43. Dibalik kisah yang penuh misteri ini, aku mencoba menyingkap tabir. Setiap lembaran kisah yang kutemukan, mengandung kisah yang baru lagi, dan aku bertanya! Kenapa kisah ini menjadi semakin rumit dan bercabang? Akankah kisah ini berakhir sebelum ditemukan makna di dalamnya?

    Lalu apa arti semua ini? Mengapa aku merenungi hal yang pikiranku sendiri tidak mampu merenunginya? Mengapa aku bertanya pada diri sendiri, sedangkan aku sadar tidak tahu apa jawabannya. Dan kisah ini mungkin akan berhenti disini, bersamaan dengan dibubuhkannya tanda titik.

    😀 Ini pengalaman pribadi saat mencoba membaca berbagai karya sastra dari sebagian penulis terkenal. Isinya terkesan membingungkan, aneh, sulit dicerna, bahkan sempat terlintas di benak kami, apakah si penulis paham apa yang ia tulis?

    Ini mungkin bentuk kekayaan sastra, bisa jadi juga saya yang miskin sastra.

    Ini komen 2016

Tinggalkan Balasan ke raehaniyoung93 Batalkan balasan